Jumat, 11 November 2016

Cerita menarik tentang tugu lingga Sumedang


Monumen yang berada tepat di tengah alun-alun kota Sumedang ini dibangun sebagai bentuk penghargaan 
jasa-jasa Bupati Sumedang kala itu, yakni Pangeran Aria Suria Adtmadja atau yang dikenal sebagai Pangeran mekah. Beliau dikenal sebagai Pangeran Mekah karena beliau meninggal di Mekah.

Pangeran Mekah dianggap paling berjasa karena beliau dapat mengembangkan kota Sumedang diberbagai bidang, seperti pertanian, perhutanan, perikanan, peternakan, kesehatan, pendidikan, dan banyak bidang lainnya. Beliau memerintah di kota Sumedang dari tahun 1883-1919. Beliau wafat di Mekah ketika sedang  melaksanakan ibadah haji pada 1 Juni 1921.

Untuk mengenang jasa-jasanya dibangunlah monumen berbentuk Lingga pada tahun 1922, yang kemudian diresmikan dengan mengundang Presiden, para Bupati, dan para pejabat lainnya pada tanggal 25 April 1922. Monumen ini merupakan bangunan permanen. Bagian dasar bangunan ini berbentuk bujur sangkar dan dilengkapi dengan sejumlah anak tangga serta pagar di setiap sisinya. Sedangkan bangunan utamanya berupa kubus yang sedikit melengkung di setiap sudut bagian atasnya. Bangunan ini terbuat dari batu dan tembaga.

Pada zaman dulu Lingga digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang penyimpanan Bupati terdahulu. Namun, sekarang barang-barang itu sudah dipindahkan ke Museum Prabu Geusan Ulun. 

Ada sebagian orang berfikir bahwa ada jalan rahasia dari dalam bangunan Lingga menuju ke Museum untuk memindahkan barang-barang peninggalan Bupati terdahulu. Tetapi, ternyata untuk memindahkan barang-barang tersebut diambil melalui kubah Lingga yang bisa di buka. Jadi, sebenarnya pandangan orang tentang jalan rahasia tersebut tidak benar adanya, Monumen ini terdapat empat sisi dan kubah diatasnya, di setiap sisinya terdapat inskripsi atau ukiran tulisan, di sisi barat terdapat inskripsi terdapat tulisan cacarakan (huruf jawa), pada sisi utara terdapat inskripsi huruf berbahasa Melayu, disisi sebelah timur juga terdapat inskripsi berhuruf cacarakan dan yang terakhir disisi sebelah selatan terdapat inskripsi berhuruf latin dengan menggunankan bahasa sunda.

Sampai sekarang, bangunan Lingga masih tetap dirawat dan menjadi salah satu ciri kota Sumedang dan masih tetap kokoh berdiri di tengah alun-alun kota Sumedang.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget